Pemekaran Grime Nawa sebuah harapan dan tantangan

Bismillahirrahmanirrahim…

Provinsi Papua setelah ditetapkan sebagai daerah otonomi khusus pada umumnya menjadi sebuah harapan untuk bisa merasakan kesejahteraan dan mempercepat proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakatnya di daerah ini, tidak heran jika akhir-akhir ini terjadi pemekaran di tingkat Kabupaten dan kota di Papua, terakhir adalah adanya pemekaran di Kabupaten Pegunungan Nduga, Mamberamo, dogiyai dan puncak.

tidak terlepas pula kabupaten Jayapura, sebagai ibukota yang baru beranjak 9 tahun dimekarkan dari Kota Jayapura telah merelakan 2 wilayah pembangunannya untuk dimekarkan yaitu Kabupaten Keerom dan Kabupaten Sarmi. tidak lama lagi rencananya akan dimekarkan pula kabupaten Grime Nawa.  tahapan-tahapan persiapan telah dilakukan bahkan lobi sampai ketingkat pusat telah dilalui oleh masyarakat sebagai tim pemekaran, dan pemerintah induk sendiri telah membuat suatu badan khusus untuk mengkoordinir calon wilayah pemekaran baru tersebut.

menurut informasinya wilayah yang akan masuk ke Kabupaten Grime Nawa adalah Distrik Kemtuk, Distrik Kemtuk Gresi, Distrik Gresi Selatan, Distrik Namblong, Distrik Nimboran, Distrik Nimbokrang, Distrik Yapsi, dan Distrik Airu. inilah yang dikatakan sebuah harapan karena dengan adanya pemekaran tentunya rentang birokrasi pelayanan ke masyarakat semakin dekat, peluang mengurangi pengangguran, dan peluang membangun perekonomian kampung. harapan lainnya hadir ditengah-tengah masyarakat transmigran yang mendiami dan berjumlah hampir 30% dari populasi masyarakat Grime Nawa. daerah transmigran ini telah ada hampir selama 30 tahun yang tersebar di Desa Karyabumi, besum  (1978), Nimbokrang (1980) dan Yapsi (era akhir 90-an).

dari pengalaman penulis dan hasil penelusuran penulis ke beberapa kampung transmigran bisa dikatakan baru 20% warga transmigran hidup layak bila dikaitkan dengan jangka waktu sejak didatangkan hingga saat ini.  

saya AHMAD SULTHON  yang asli sebagai warga transmigran di kampung Benyom Jaya I Distrik Nimbokrang merasakan betul bagaimana masa-masa sulit dulu, hingga usia 15 tahun baru bisa melihat ibu kota kecamatan, dan ibukota kabupaten, sebenarnya tidak terlalu jauh jarak antara kampung nimbokrang dengan ibu kota kabupaten kurang lebih hanya 1,5 jam perjalanan darat dengan menggunakan mobil atau motor, namun saat itu perekonomianlah yang menyebabkan penulis harus lama menunggu untuk bisa jalan-jalan ke ibukota.

tidak enak memang menjadi warga transmigran, selalu dikatakan sebagai warga kelas sosial yang paling bontot dari semua kelas yang ada, warga transmigran dianggap sebagai anak kampungan, dan pasti tidak enak di dengarnya.  mana harus tidur ditengah hutan, belum ada listrik, akses jalan yang susah, membuat kami benar-benar harus berfikir banyak kali untuk pergi ke ibukota. kini ada harapan baru dengan rencana pemekaran kabupaten Grime Nawa,  syukur-syukur kalau ibokota nya tidak jauh dari kampung kami, namun kami harus siap dengan segala konsekuensinya daerah yang baru melangkah berkembang, terutama kesiapan sumber daya manusia,  tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan kampung sudah semakin nyata, yang dulu sulit di dapat sekarang segalanya menjadi mudah,  Kebiasaan mabuk-mabukkan yang dulu tabu di telinga masyarakat sekarang sudah menjadi hal biasa terdengar, miris hati melihatnya itulah tantangan.

adalah tugas mulia bagi kader-kader Partai Bulan Bintang  untuk turut mencerdaskan masyarakat, turut andil dalam proses pembangunan baik pembangunan wilayah maupun pembangunan sumber daya manusia.  setelah kami konsultasi dengan Bapak Asep R. (Mantan KUPT Transmigrasi Nimbokrang) menyampaikan bahwa dulu Nimbokrang khususnya adalah Desa Benyom Jaya I adalah merupakan daerah rawa sehingga ke depan diperlukan penghijauan yang cukup.  dan program inilah yang akan kami tawarkan

Tinggalkan komentar